Minggu, 12 Februari 2017

BAB 5 Membuat kesepakatan melalui negosiasi SMA kelas X BAHASA INDONESIA

BAB 5
Membuat kesepakatan melalui negosiasi
Berlatihlah untuk menganalisis faktor yang menentukan keberhasilan negosiasi  dalam  teks  dialog  antara  pedagang  dan  pembeli,  HP Baru,  dan Terima Kasih, Bu Mia.
Pedagang dan pembeli
Pembeli  :  “Berapa harga sekilo mangga ini, Bang?”
Penjual    :  “Tiga puluh ribu, Bu. Murah.”
 Pembeli    :  “Boleh kurang kan, bang?”
Penjual  :  “Belum boleh, Bu. Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Matang pohon.”
Pembeli        :  “Iya,  Bang,  tapi  harganya  boleh  kurang  kan? Kan  lagi  musim, Bang. Dua puluh ribu saja ya?”
Penjual          :     “Belum boleh, Bu. Dua puluh delapan ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu.” Pembeli  :  “Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, kan Bang?” Penjual  :  “Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.”
Pembeli  :  “Iya, Bang. Yang penting saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk.”
Penjual  :  “Saya jamin, Bu. Kalau ada yang busuk boleh ditukarkan.”
 Pembeli  :  “Baiklah, saya ambil 3 kilo ya Pak.”
      Akhirnya, penjual mempersilakan pembeli untuk memilih dan menimbang sendiri mangga yang dibelinya.

Faktor penyebab keberhasilan negosiasi Bukti kutipan
Alasan  yang  disampaikan mampu meyakinkan pembeli bahwa harga tersebut layak Belum boleh, Bu. Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Masak pohon.
Belum boleh, Bu. Dua puluh delapan ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu.”
Tidak memaksa pihak lain Tapi saya boleh milih sendiri, kan Bang?
kesediaan partisipan untuk berkompromi, menerima perbedaan pendapat. Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.”
“Iya, Bang. Yang penting saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk.”
HP baru
      Perihal HP barunya itu, sesungguhnya sudah lama Rani menginginkannya. Beberapa kali ia membujuk Ayahnya agar dibelikan  HP. Gagal meminta langsung pada Ayahnya, Rani pun minta bantuan ibunya. Namun, tetap saja usaha Rani gagal Minggu lalu, Rani benar-benar berusaha meyakinkan Ayahnya betapa ia sangat membutuhkan  HP.  “Yah ... Rani benar-benar perlu  HP. Belikan ya Yah?”  kata Rani pada Ayahnya. “Ayah belum punya cukup uang untuk membeli  HP, Ran. Lagipula kan sudah ada telepon rumah,” kata Ayah sambil meletakkan koran ke atas meja. “Tapi, Yah ... semua teman Rani punya  HP. Mereka dapat dengan mudah menelpon orang tuanya saat terpaksa pulang telat.” “Lha kalau begitu kamu jangan pulang telat,” kata Ayah lagi. Rani hampir saja menangis. “Tak hanya itu, Yah ... Rani iri sama teman-teman Rani yang dapat dengan  mudah  mengunduh  materi  pembelajaran,  ngirim  tugas,  bahkan berdiskusi untuk mengerjakan tugas-tugas tanpa harus keluar rumah,” kataRani  dengan kalimat yang  runtut  dan jelas.  Kalimat  yang  sudah  beberapa hari ia rancang untuk merayu Ayahnya. Mendengar penjelasan Rani, Ayah melepas kaca matanya dan menatap Rani dengan lembut. “Sebegitu pentingkah  HP  itu bagimu, Nak?” Rani hampir saja melonjak kegirangan mendengar reaksi Ayahnya. “Iya Yah.  Apalagi guru-guru sering menugaskan kami untuk mengirim tugas ke grup  facebook  atau mengunggah tugas di blog. Kalau Rani punya HP  kan enak. Bisa buat diskusi  bareng  teman-teman sekaligus dapat mengakses internet melalui  HP.” “Hm ... Ayah akan membelikan  HP  untuk Rani, asal ....” Ayah seakan sengaja menggoda Rani. “Asal apa Yah?” tanya Rani tak sabar. “Asal Rani rajin belajar dan berjanji akan menggunakan  HP  itu  untuk hal-hal yang positif.” “Rani janji, Yah.  Makasih ya Ayah,” janji Rani sambil memeluk Ayahnya.

Faktor penyebab keberhasilan negosiasi Bukti kutipan
Alasan  yang  disampaikan mampu meyakinkan ayah bahwa rani menginginkan HP baru Tak hanya itu, Yah ... Rani iri sama teman-teman Rani yang dapat dengan mudah mengunduh materi pembelajaran, ngirim tugas, bahkan berdiskusi untuk mengerjakan tugas-tugas tanpa harus keluar rumah,”
Tidak memaksa pihak lain “Sebegitu pentingkah HP itu bagimu, Nak?”
kesediaan partisipan untuk berkompromi, menerima perbedaan pendapat.   Ayah akan membelikan HP untuk Rani, asal ....” ayah seakan sengaja menggoda Rani. “…………………… “Asal Rani rajin belajar dan berjanji akan menggunakan HP itu untuk hal-hal yang positif.”

Terima kasih, Bu Mia
      Kamis  pagi  usai  pelajaran olah raga,  Bu Mia, guru Kimia masuk kelas X MIPA tepat waktu. Tak seperti biasanya, hari itu anak-anak belum selesai berganti pakaian. Penyebabnya, mereka baru saja mengikuti ujian lari mengelilingi stadion. Sebenarnya hari itu Bu Mia akan memberikan ulangan. Beberapa siswa yang  nafasnya masih memburu  dan keringatnya  bercucuran, mengajukan  usul pada Dani. “Dan ... minta Bu Mia menunda ulangan dong. Capek nih,” kata Ali. “Waduuuh aku gak berani,” jawab Dani. “Lia saja suruh bilang. Dia kan ketua kelas, ” sambung Dani. “Baiklah, aku akan mencoba merayu Bu Mia. Doakan berhasil,” kata Lia. “Beres. Kamu kan ketua kelas.” Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti pelajaran. “Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia sambil duduk. “Iya. Ada apa?” “Begini, Bu, saya mewakili teman-teman, Lia minta maaf karena temanteman belum selesai ganti baju. “ “Biasanya kan tidak terlambat seperti ini?” tanya Bu Mia. “Iya, Bu. Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali.” “Oh ... kenapa tidak bilang tadi? Kalian sudah minum?” suara Bu Mia berubah ramah setelah tahu penyebab Lia dan kawan-kawannya terlambat ganti baju. “Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan. “Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar.” “Ya sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita latihan soal saja,” jawab Bu Lia mengagetkan Mia dan teman-teman. “Makasih, Bu,” kata Lia. “Eit ... tapi ingat. Kalian harus tertib. Tidak boleh gaduh dan mengganggu kelas lain. Dan masuk kelas lagi tepat pukul 09.00 WIB.” “Iya, Bu. Makasih.” Teman-teman Lia yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Lia dan Bu Mia bertepuk tangan gembira mendengar keputusan Bu Mia.

Faktor penyebab keberhasilan negosiasi Bukti kutipan
Alasan  yang  disampaikan mampu meyakinkan Ibu Mia bahwa keterlambatan bukan disengaja dan ulangan perlu ditunda. “Iya, Bu. Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali.”
Tidak memaksa pihak lain “Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan. “Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar.”
kesediaan partisipan untuk berkompromi, menerima perbedaan pendapat.   “Ya sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita latihan  soal  saja,”

3 komentar: